Lingkungan Korosif

Lingkungan korosif termasuk atmosfer, larutan berair, tanah, asam, basa, pelarut anorganik, garam cair, logam cair, dan tubuh manusia. Atas dasar tonase, korosi atmosfer menyumbang kerugian terbesar. Kelembaban yang mengandung oksigen terlarut adalah agen korosif utama, tetapi zat lain, termasuk senyawa belerang dan natrium klorida, juga dapat berkontribusi. Hal ini terutama berlaku untuk atmosfer laut, yang sangat korosif karena adanya natrium klorida. Larutan asam sulfat encer (hujan asam) di lingkungan industri juga dapat menyebabkan masalah korosi. Logam yang biasa digunakan untuk mencegah korosi akibat atmosfer adalah paduan aluminium dan tembaga, serta baja galvanis.

Lingkungan air dapat memiliki berbagai komposisi dan karakteristik korosi. Air tawar biasanya mengandung oksigen terlarut serta mineral. Air laut mengandung sekitar 3,5 % garam (terutama natrium klorida), serta beberapa mineral dan bahan organik. Air laut umumnya lebih korosif daripada air tawar. Besi tuang, baja, aluminium, tembaga, kuningan, dan beberapa baja tahan karat umumnya cocok untuk lingkungan air tawar. Titanium, kuningan, beberapa perunggu, paduan tembaga-nikel, dan paduan nikel-chromium-molybdenum sangat tahan korosi dalam air laut.

Tanah memiliki berbagai komposisi dan kerentanan terhadap korosi. Variabel komposisi meliputi kelembaban, oksigen, kandungan garam, alkalinitas, keasaman, dan adanya berbagai bentuk bakteri. Besi tuang dan baja karbon biasa, baik dengan dan tanpa lapisan pelindung permukaan, paling ekonomis untuk struktur bawah tanah.

Referensi

W. D. Callister dan D. G. Rethwisch, 2010, Materials Science and Engineering: an Introduction, edisi 8.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam Teknik Pembubutan (Turning)

Garis pada Gambar Mesin