Posisi Pengelasan

Posisi pengelasan mengacu pada posisi pengelas (welder) terhadap lokasi sambungan las. Posisi pengelasan menjadi aspek yang sangat penting karena di beberapa posisi, proses pengelasan jauh lebih mudah. Masing-masing posisi pengelasan mempunyai kualifikasi welder dan prosedur pengelasan tersendiri. Sebagai contoh, seorang welder mungkin cukup terampil untuk memenuhi syarat pada pengelasan posisi flat, tetapi tidak cukup terampil untuk pengelasan yang sama dalam posisi vertikal.

Posisi pengelasan ditentukan oleh kombinasi angka dan huruf. Angka mengacu pada posisi, sedangkan huruf mengacu pada jenis pengelasan. Huruf F dipakai untuk jenis las fillet, sedangkan huruf G untuk las groove (alur). Ketika mengacu pada posisi pengelasan, pelat atau pipa harus ditentukan juga. Las groove digunakan pada sambungan butt antara pelat atau pipa, sedangkan las fillet digunakan pada sambungan T yang hanya berlaku untuk pelat.

Penandaan posisi pengelasan yang berlaku untuk pelat atau pipa:
1 = Flat — Bisa diaplikasikan pada pelat atau pipa (posisi pipa horizontal dan diputar).
2 = Horizontal — Dapat diterapkan pada pelat atau pipa (pipa berada dalam posisi vertikal dan tidak diputar).
3 = Vertikal — Berlaku untuk pelat saja.
4 = Overhead — Berlaku untuk pelat saja.
5 = Berlaku hanya untuk pipa (pengelasan 360°, pipa tidak berputar, dan posisi pipa horizontal).
6 = Berlaku untuk pipa saja (pengelasan 360°, pipa tidak berputar, dan posisi pipa miring 45°).
F = Las fillet — Berlaku untuk pelat saja (sambungan T).
G = Las groove — Berlaku untuk pelat atau pipa.

Macam-macam posisi pengelasan pelat.
Gambar 1. Posisi Pengelasan pada Pelat.
(Sumber: D. H. Phillips, 2016, Welding Engineering: an Introduction.)

Tanda 1G mengacu pada las groove pada posisi flat. Pengelasan posisi ini merupakan pengelasan yang paling mudah. Posisi pengelasan horizontal satu tingkat lebih sulit dibandingkan dengan posisi flat. Posisi horizontal juga lebih disukai daripada pengelasan posisi overhead dan vertikal.

Posisi 1G dan 2G sama untuk pelat dan pipa. Dalam kasus 1G, cairan las berada dalam posisi datar saat digerakkan sepanjang groove, sehingga pada posisi pipa 1G perlu memutar pipa yang berorientasi horizontal. Las yang dibuat di bagian atas pipa saat diputar pada dasarnya menciptakan kondisi pengelasan yang sama dengan posisi flat pada pelat. Pada posisi horizontal 2G cairan las bisa turun ke pelat atau pipa yang bawah. Pada pipa, posisi 2G menunjukkan bahwa sumbu pipa berada dalam posisi vertikal. Posisi pipa tersebut menciptakan kondisi pengelasan yang mirip dengan posisi horizontal pada pelat.

Macam-macam posisi pengelasan pada pipa.
Gambar 2. Posisi Pengelasan pada Pipa: (a) 1G, (b) 2G, (c) 5G, (d) 6G, dan (e) 6GR.
(Sumber: D. H. Phillips, 2016, Welding Engineering: an Introduction.)

Posisi 3G dan 4G tidak ada untuk pipa, sedangkan posisi 5G dan 6G tidak ada untuk pelat. Pada posisi 5G sumbu pipa horizontal. Pipa tersebut diam (tidak berputar) sementara welder menggerakkan las memutari pipa, menghadapi semua posisi pengelasan yang memungkinkan. Posisi 6G menambah tingkat kesulitan dengan menempatkan pipa stasioner pada kemiringan 45°. Posisi 6GR memakai cincin pembatas yang ditempatkan di sekitar pipa di dekat lasan untuk menyimulasikan kondisi dunia nyata di mana gerakan dan posisi welder dibatasi oleh sambungan pipa lainnya. Jika posisi 6G (atau 6GR) berhasil diproduksi, prosedur dan welder memenuhi syarat untuk semua posisi.

Referensi

D. H. Phillips, 2016, Welding Engineering: an Introduction.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar